Jumat, 09 Januari 2015

PERKEMBANGAN MASA PUBERTAS



A.    PENGENALAN PUBERTAS
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur 8 hingga 10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada wanita pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.
B.  CIRI-CIRI MASA PUBERTAS
1) Pada Laki-laki :
a.     Tumbuh Jakun
b.    Tumbuh rambut disekitar bagian tubuh, termasuk kemaluan
c.     Suara membesar
d.    Bidang tubuh semakin terbentuk
e.    Testis dan Penis menjadi lebih besar
f.      Sering timbul jerawat
g.     Ada ketertarikan dengan lawan jenis
2) Pada Perempuan :
a.   Payudara membesar
b.   Bidang dada membesar
c.    Pinggul membesar
d.   Tumbuh rambut di kemaluan
e.   Sering timbul Jerawat
f.    Terjadi menstruasi tiap bulan
g.   Ada Ketertarikan dengan lawan jenis
C. PENYEBAB MUNCULNYA PUBERTAS
Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh). Berkat kerja hormon ini, remaja memasuki masa pubertas sehingga mulai muncul ciri-ciri kelamin sekunder yang dapat membedakan antara perempuan dan laki-laki. Hormon seks yang memengaruhi perempuan adalah estrogen dan progesteron yang diproduksi di indung telur, sedangkan pada laki-laki diproduksi oleh testis dan dinamakan testosteron.  
D.  PENYEBAB PERUBAHAN PUBERTAS
               Peran Kelenjar Pituitary : Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yaitu hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, dan hormon gonadotrofik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan.
               Peran Gonad : Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ-organ seks bertambah besar dan fungsinya menjadi matang
               Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad : Dengan interaksi antara keduanya, akan menyebabkan secara berangsur-angsur penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang dikeluarkan sehingga menghentikan proses pertumbuhan, interaksi ini akan berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu.
E. KETERLAMBATAN PUBERTAS
Pubertas juga bisa terlambat. Ada juga beberapa penyebab anak terlambat pubertas. Beberapa penyebabnya antara lain adalah karena alasan medis dan juga bisa karena kekurangan asupan gizi. Beberapa penyakit termasuk penyakit kronik juga bisa menyebabkan pubertas terlambat. Diantaranya yaitu diabetes, thalassemia, kekurangan hormon, kelainan kromosom dan juga bisa disebabkan keadaan lainnya seperti halnya tumor.
F. PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Dari segi perubahan psikologis karena pengaruh puber ini para remaja akan berusaha mencari identitas diri. Dalam usaha mencari identitas diri, remaja sering menentang kemapanan karena dirasa membelenggu kebebasannya. Meskipun cara berpikirnya belum dewasa namun remaja tidak mau dikatakan sebagai anak-anak. Remaja sering melakukan hal coba-coba karena rasa ingin tahu yang sangat besar.
G. KETERTARIKAN PADA LAWAN JENIS
Hal lainnya yang umum ditemui tatkala memasuki masa pubertas ini adalah ketertarikan terhadap lawan jenisnya. Masa remaja adalah masa persiapan menuju dewasa. Wajar bila remaja mempunyai ketertarikan dengan lawan jenis. Namun demikian pernikahan pada usia remaja belum diperbolehkan karena secara mental belum siap. Kehamilan pada usia remaja dapat berpengaruh negatif baik pada diri remaja maupun bayi yang dikandungnya.
H. PERAN ORANG TUA
Dimasa Pubertas ini, orang tua juga harus lebih memperhatikan anaknya yang menginjak pada masa pubertas ini, karena pada masa pubertas ini, anak sangat rentan terhadap hal-hal negatif dan berbagai pengaruh buruk, hendaknya orang tua membekali pendidikan intensif di sekolah, agama, dan pesan moral kepada anak agar berkembang ke arah yang lebih baik 

CREATED BY : JOEL DEVARA
(DEDEN FAWZI A. R. A.)

FUNGSI BIMBINGAN KONSELING



Pada dasarnya bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan untuk menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun idividu sesuia dengan hakekat kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan, kelemhan serta permaslahanya.
Adapun dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling juga sangat dipelukan karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat mengantarkan peserta didik pada pencapai standar dan kemampuan profesi dan akademis, serta perkembangan dini yang sehat dan produktif, dan didalam bimbingan dan konseling selain ada pelayanan juga ada fungsi.
Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang fungsi bimbingan dan konseling dalam proses pemberian bimbingan kepada orang lain dapat menyebabkan lemahnya daya hantar pengetahuan serta cara-cara yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si klien. Bagaimanapun fungsi bimbingan konseling bagi seorang konselor sangatlah penting dalam hal pemberian bantuan kepada si klien tersebut.

Pelayanan Bimbingan dan Konseling khususnya di sekolah dan madrasah memiliki beberapa fungsi yaitu:
1.      Fungsi Pemahaman
Fungsi Pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, klien  diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
a.       Pemahan tentang klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau pihk-pihak lain dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka mereka perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu itu. Pemahaman tersebut tidak hanya sekedar mengenal diri klien, melainkan lebih jauh lagi yaitu pemahamn yag menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya serta kondisi lingkungannya.
Pemahaman tentang klien secara komprehensif yang mencakup aspek-aspek diatas, apabila dijabarkan meliputi: (1) identitas individu, (2) latar belakang pendidikan, (3) status social ekonomi orang tua, (4) kemampuan yang mencakup inteligensi, (5) kesehatan, (6) kecenderungan sikap dan kebiasaan, (7) cita-cita pendidikan dan kerja, (8) keadaan lingkungan tempat tinggal, (9) kedudukan dan prestasi yang pernah dicapainya, (10) kegiatan-kegiatan social kemasyarakatan, dan lain-lain.
Pemahaman tentang diri klien juga perlu bagi pihak-pihak lain, khususnya konselor. Pemahaman konselor terhadap klien dipergunakan oleh konselor baik untuk secara langsung membantu klien dalam pelayanan bimbingan dan konseling lebih lanjut, maupun sebagai bahan acuan utama dalam rangka kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam membantu klien (terutama orangtua dan guru unttk para siswa di sekolah). Bagi konselor, upaya mewujudkan fungsi pemahaman merupakan tugas paling awal dalam setiap kali penyelenggaraan bimbingan dan konseling terhadap individu tertentu.
b.      Pemahaman tentang masalah klien
Dalam upaya membantu memecahkan masalah klien, maka pemahaman tentang masalah klien oleh konselor merupakan suatu keniscayaan. Tanpa pemahaman terhadap masalah klien, tidak mungkin pemecahan terhadap masalah yang dialami klien dapat dilakukan. Pemahaman terhadap masalah klien itu terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan kemungkinan berkembangnya.
Selain konselor, pihak-pihak lain yang amat berkepentingan dengan pemahaman masalah klien adalah klien itu sendiri, orang tua dan guru. Klien amat perlu memahami masalah yang dialaminya, sebab dengan memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalahnya itu.
c.       Pemahaman tentang lingkungan lain
Lingkungan bisa dikonsepsikan segala sesuatu yang ada disekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu seperti keadaan rumah tempat tinggal, sosiol ekonomi dan sosio emosional keluarga, keadaan hubungan antar teman, tetangga dan lain-lain. Bagi siswa di sekolah, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan agar mereka memahami lingkungannya secara baik. Lingkungan sekolah yang perlu dipahami secara baik oleh setiap siswa meliputi lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggung jawab siswa, aturan-aturan, disiplin, pembelajaran dan lain-lain.

2.      Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan adalah  fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseling. Berdasarkan fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling harus tetap diberikan kepada setiap siswa sebagai usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.
Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat diwujudkan untuk mencegah terhadap timbulnya masalah adalah:
a.       Layanan Orientasi
Program ini diberikan kepada siswa baru agar mereka mengenal lingkungan sekolahnya yang baru secara lebih baik sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b.      Layanan Pengumpulan Data
Melalui data-data yang dikumpulkan bisa diperoleh secara awal tentang siswa sehingga bisa menjadi antisipasi terhadap munculnya berbagai persoalan pada siswa.
c.       Layanan Kegiatan Kelompok
Melalui program ini diharapkan siswa memperoleh pemahaman diri secara lebih baik. Selain itu juga meningkatkan pemahaman lingkungan dan kemampuan mengambil keputusan secara tepat.
d.      Layanan Bimbingan Karier
Melalui program ini diharapkan siswa memperoleh pemahaman diri dan lingkungan secara baik dan mengembangkannya ke arah pencapaian karier yang sesuai bakat, minat dan cita-cita.

3.      Fungsi Pengentasan
Fungsi pengentasan, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Fungsi pengentasan hendaknya tetap dilakukan dengan memberdayakan seluruh kemampuan siswa dan/atau pihak-pihak yang dekat dengan siswa, sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan siswa dan/atau pihak-pihak yang dekat dengan siswa, dan bukan keputusan guru yang dipaksakan pada siswa. Untuk mendukung itu, keterampilan guru, terutama yang terkait dengan fungsi pengentasan, baik melalui kegiatan konseling perorangan maupun kelompok perlu terus ditingkatkan. Beberapa keterampilan dasar yang seyogyanya dimiliki misalnya, keterampilan bersikap (attending), dan keterampilan memberikan bantuan (helping). Hal ini dilandasi oleh pertimbangan, bahwa cara guru duduk, menggerakan anggota badan, atau menampilkan rona muka yang menyenangkan, seringkapi dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan klien, sekalipun pembahasan terhadap masalahnya sendiri belum dilakukan. Apalagi jika diikuti dengan keterampilan lainnya, seperti keterampilan memberikan bantuan.
a.       Langkah-langkah Pengentasan Masalah
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita oleh individu-individu yang berbeda tidak boleh disamaratakan. Dengan demikian, penanganannya pun harus secara unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing asalah itu. Untuk itu konselor perlu memiliki ketersediaan berbagai bahan dan keterampilan untuk menangani berbagai masalah yang beragam itu.
b.      Pengentasan Masalah Berdasarkan Diagnosis
Pada umumnya diagnosis dikenal sebagai istilah medis yang berarti proses penentuan jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya. . Sejak tahun 40-an Bordin memakai konsep diagnostic yang mirip dengan pengertian medis itu dalam pelayanan bimbingan dan konseling (dalam Hansen, Stevic dan Warner, 1997). Pengertian diagnostic yang dipakai oleh Bordin itu lebih lanjut dikenal sebagai “Diagnostik Pengklasifikasian”. Dalam upaya diagnostic itu masalah-masalah diklasifikasi dilihat sebab-sebabnya, dan ditentukan cara pengentasannya.
Perkembangan lebih lanjut menggaris bawahi bahwa model diagnosis yang diterima dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah model diagnosis pemahaman, yaitu yang mengupayakan  pemahaman masalah klien, yaitu pemahaman terhadap seluk beluk masalah klien, termasuk di dalamnya perkembangan dan sebab-sebab timbulnya masalah. Sebagai rambu-rambu yang dapat dipergunakan untuk terselenggaranya diagnosis pemahaman itu, disini dicatatkan tiga dimensi diagnosis, yaitu :
1.      Diagnosis mental atau psikologis
2.      Diagnosis sosio-emosional
3.      Diagnosis instrumental
Diagnosis mental atau psikologis mengarah kepada pemahaman tentang kondisi mental atau psikologis klien, seperti kemampuan dasarnya, bakat dan kecenderungan minat-minatnya, keinginan dan harapannya, temperamen dan kematangan emosionalnya, sikap dan kebiasaannya. Diagnosis sosio-emosional mengacu pada huungan social klien dengan orang-orang yang amat besar pengaruhnya terhadap klien, seperti orang tua, guru, teman sebaya( bagi siswa), suami-istri, mertua ( bagi pasangan suami-istri), pejabat yang menjadi atasan langsung ( bagi karyawan),serta suasana hubungan antara klien dengan orang-orang “penting” itu, dan dengan lingkungan social pada umumnya. Sedangkan diagnosis instrumental berkenaan dengan kondisi atau prasyarat yang diperlukan terlebih dahulu sebelum individu mampu melakukan atau mencapai sesuatu. Diagnosis instrumental ini meliputi aspek-aspek fisik klien (seperti kesehatan), fisik limgkungan (seperti keadaan sandang, pangan, papan), sarana kegiatan (seperti buku-buku pelajaran bagi siswa, alat-alat kantor bagi karyawan), prasyarat kemampuan untuk belajar lebih lanjut, dan pemahaman situasi. Penjelajahan aspek-aspek tersebut, khususnya yang relevan dengan permasalahn klien, dalam dialog teraputik sebagaiman diutarakan diatas, akan memberikan pemahaman yang luas dan mendalam tentang. Seluk beluk masalah klien yang mengarah pada identifikasi sebab-sebab timbulnya masalah dan upaya pengentasannya.
c.       Pengentasan Masalah Berdasarkan Teori Konseling
Sejumlah ahli telah mengantarkan berbagai teori konseling, antara lain ego-counceling yang didasarkan pada tahap perkembangan psikososial menurut Ericksen, pendekatan transactional analysis dengan tokohnya Eric Berne, pendekatan konseling berdasarkan self-theory dengan tokohnya Carl Rogers, Gestalt Counseling dengan tokohnya Frita Perl, pendekatan konseling yang bersifat behavioristik yang didasarkan pada pemikiran tentang tingkah laku oleh B. F. Skinner, pendekatan rasional dalam konseling dalam bentuk Reality Therapy dengan tokohnya William Glasser dan Rational Emotive Therapy dengan tokohnya Albert Ellis.
            Masing-masing teori konseling itu dilengkapi dengan teori tentang kepribadian individu, perkembangna tingkah laku individu yang dianggap sebagai masalah tujuan konseling, serta teknik khusus konseling. Tujuan-tujuan teori tersebut tidak lain adalah mengentaskan masalah yang diderita oleh klien dengan cara yang paling tepat, cermat dan cepat.

4.        Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam pelaksanaannya tidak akan secara efektif dilaksanakan jika guru memahami betul peserta didik yang dibimbingnya, sehingga berbagai jenis layanan yang diberikan untuk terpelihara dan trkembangkan potensi para siswa sesuai dengan kebutuhan dan keadaan siswa itu sendiri.
Dalam pelayanan bimbingan konseling fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilakasanakan melalui berbagai pengaturan kegiatan dan program. Tugas-tugas dan kegiatan dan pemeliharaan dan pengembangan, apalagi pemeliharan dan pengembangan individu manusia yang segenap aspek dan sangkut pautnya sangat bervariasi dan kompleks, tidak dapat berdiri sendiri. Demikianlah, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam bimbingan dan konseling tidaklah mungkin berdiri sendiri.

5.      Fungsi Advokasi
Layanan bimbingan dan konseling, melalui fungsi ini adalah membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

6.      Fungsi Penyesuaian
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa memperoleh penyesuaian diri secara baik dengan lingkungannya.
Fungsi penyesuaian mempunyai dua arah. Pertama, bantuan keada siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah. Guna mewujudkan fungsi ini, perlu disusun program bimbingan dan konseling untuk membantu para siswa agar mereka dapat menyesuaikan diri secara baik di lingkungan sekolah. Kedua, bantuan dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan masing-masing siswa. Dalam arah kedua ini, lingkungan yang disesuaikan dengan keadaan siswa.
Dalam konteks ini, pelayanan bimbingan dan konseling berfungsi membantu mengenali keadaan pribadi masing-masing siswa dan selanjutnya membantu mengembangkan berbagai program  pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan pribadi masing-masing siswa.
7.      Fungsi Perbaikan
Tiap-tiap individu atau siswa memiliki masalah. Bisa dipastikan bahwa tidak ada individu apalagi siswa disekolah dan madrasah yang tidak memiliki masalah. Akan tetapi, kompleksitas masalah yang dihadapi oleh individu (siswa) jelas berbeda. Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling melalui fungsi pencegahan, penyaluran, dan penyesuaian telah di berikan, tetapi masih mungkin individu(siswa) memiliki masaklah-masalah tertentu, sehingga fungsi perbaikan di perlukan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi siswa. Dengan perkataan lain, program bimbingan dan konseling dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi pada siswa tersebut.
Berbeda dengan fungsi pencegahan, dalam fungsi ini siswa yang memiliki masalah yang mendapat prioritas untuk diberikan bantuan, sehingga diharapkan masalah yang dialami siswa tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang.

sumber : http://seeayunda.blogspot.com/2013/04/fungsi-bimbingan-dan-konseling.html

CREATED BY : JOEL DEVARA
(DEDEN FAWZI A. R. A.)

PERAN GURU BK DALAM MENCIPTAKAN KESEHATAN SEKOLAH



Guru Bimbingan Konseling sangat berperan penting terhadap kesehatan di lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang sehat setidaknya mempunyai 3 komponen, yakni kesehatan mental peserta didik, pemecahan masalah yang dialami peserta didik, serta fasilitas sekolah yang memadai. Semua itu membutuhkan peranan guru BK untuk menciptakan suatu struktur sekolah yang sehat, karena dengan struktur yang sehat, akan dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif. Berikut kami paparkan mengenai berbagai bentuk kesehatan tersebut serta peranan yang harus dilakukan guru BK untuk menunjang suatu lingkungan sekolah yang sehat di dalamnya :
1.               Mengembangkan kesehatan mental peserta didik
Kesehatan mental peserta didik perlu dikembangkan. Karena apabila di dalam sekolah kurang terbinanya mental peserta didik, maka siswa tersebut akan mempunyai moral yang buruk, dan tentunya sekolah akan gagal menciptakan generasi muda yang berkarakter. Cara praktis yang harus dilakukan konselor untuk menciptakan kesehatan mental peserta didik yaitu melalui berbagai cara, yakni :
a. Menerima dan menghargai diri sendiri
Setiap individu itu berbeda dan unik, namun satu hal yang sama adalah tidak ada
individu yang sempurna. Hargai diri kita sendiri. Kenali dan terima kelemahan yang
kita miliki, namun fokuslah pada hal-hal yang menjadi kelebihan kita.  Bersikaplah
lebih realistis terhadap hal-hal yang masih ingin kita ubah dalam diri kita. Itulah yang harus kita ingatkan kepada peserta didik sebagai seorang konselor Jika hal tersebut dapat menyentuh hati seorang siswa, maka cobalah untuk melakukannya secara perlahan.   
 b. Menjaga hubungan baik
Kita sebagai seorang konselor juga harus mengingatkan, bahwa tidak perlu berjuang sendirian saat kita menghadapi suatu masalah. Kita harus mengingatkan bahwa hubungan keluarga dan teman yang baik dapat membantu mengatasi tekanan dalam hidup karena dapat memberikan masukan serta membuat kita merasa diperhatikan. Juga kita ingatkan, bahwa untuk menjaga hubungan baik agar tetap kokoh, setidaknya saling empati dan bercerita. Selain dengan teman sebayanya, kita juga harus mempererat hubungan antara siswa dan guru, karena apabila antara siswa dan guru saling bisa berempati, maka sekolah akan menjadi damai dan tidak adanya perpecahan di berbagai pihak. 
c. Aktif berkegiatan
Mari kita ajak siswa kita untuk bertemu dengan banyak orang dan tergabung dalam kegiatan baru di lingkungan sekolah. Kita sarankan peserta didik kita untuk menemukan kegiatan yang layakMasuklah dalam komunitas, atur pertemuan dengan teman-teman, 
atau ikuti kursus yang dapat membantu kita untuk merasa lebih baik. Ikut kegiatan
yang bertujuan membantu orang lain juga dapat membuat kita merasa dibutuhkan
dan menjadi semakin berharga. Hal ini membuat kepercayaan diri semakin 
meningkat. Aktivitas seperti ini juga membantu kita melihat dunia dari pandangan 
yang berbeda sehingga membantu melihat masalah dari sudut pandang yang lain.  
d. Bercerita kepada orang lain
Seorang siswa juga harus bisa bersikap terbuka, artinya siswa tidak cenderung pasif dan individual, tetapi harus sosial dan empatik. Bercerita mengenai perasaan yang dirasakan bukan menandakan bahwa kita lemah, tetapi merupakan bagian dari usaha kita untuk menjaga kesehatan mental. Didengarkan oleh orang lain membuat kita merasa didukung dan tidak sendirian. Ini juga harus kita perjuangkan sebagai seorang konselor. Mungkin awalnya sulit bagi siswa, namun jika terus dilakukan maka siswa akan terbiasa.
e. Mengendalikan Emosi
Seorang siswa diharapkan mampu mengendalikan emosinya. Karena seorang siswa dengan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol akan menyebabkan situasi sekolah yang kurang kondusif. Siswa yang cenderung kekanak-kanakan akan sulit mengendalikan emosinya. Maka dari itu, dalam pengendalian emosi ini, perlunya sikap kedewasaan siswa agar lebih mudah mengendalikan emosi.


2.                Pemecahan Masalah yang dialami peserta didik
Setiap manusia pasti punya masalah, tidak terkecuali kita sebagai konselor, mapun peserta didik kita. Seorang siswa yang tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri akan sangat membutuhkan seorang guru BK untuk mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Penyelesaian masalah yang dialami siswa juka turut menunjang kesehatan sekolah. Karena arti “sehat” dalam lingkungan sekolah ini adalah bersih dari berbagai macam penyakit, kerusakan mental, dan masalah-masalah.  Untuk itu, guru BK sangat berperan penting untuk memberikan solusi-solusi jitu untuk memecahkan masalah-masalah yang dialami siswa. Beberapa metode guru BK untuk dapat memecahkan masalah yang dialami peserta didik dapat dilihat dari kegiatan pendukung layanan BK, diantaranya :
a.    Himpunan Data
Metode ini dilakukan dengan cara menghimpun seluruh data dan keterangan secara sesuai dengan perkembangan siswa. Kegiatan ini diselenggarakan secara sistematik dan tertutup. Guru BK bisa mencari keterangan-keterangan mengenai peserta didik melalui beberap data dalam administrasi sekolah. Selain itu, guru BK dapat menghimpun data dari peserta didik dengan cara tatap muka secara langsung dengan siswa, dan cara ini bersifat pribadi (tertutup).
b.    Konferensi Kasus
Kegiatan BK untuk membahas permasalahan yang dialami oleh siswa dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh pihak terkait. Disini guru BK perlu mengadakan diskusi kelompok atau seminar sekolah untuk melancarkan metode ini. Melalui seminar, beberapa siswa akan dihadapkan oleh narasumber untuk mendengarkan suatu solusi untuk memecahkan masalah yang dialaminya.
c.       Kunjungan Rumah
Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi pemecahan yang dialami siswa melalui kunjungan ke rumahnya. Pada kegiatan ini, guru BK perlu mengunjungi rumah peserta didik untuk melakukan tatap muka mengenai berbagai masalah dan keluhan yang dialami siswa, serta solusi untuk menyelesaikannya.
d.      Aplikasi Instrumentasi
Berupa pengumpulan data dan keterangan tentang siswa dan lingkungan yang lebih luas yang dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes. Guru BK perlu mengadakan suatu tes khusus untuk mencari data tentang pribadi siswa.


e.      Alih Tangan Kasus
Kegiatan bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas terhadap masalah yang dialami siswa dengan memindahkan penanganan ke pihak lain yang lebih kompeten dan berwenang. Artinya dalam konteks ini, guru BK perlu mendatangkan seorang ahli dari luar sekolah untuk menunjang penanganan jitu utuk menyelesaikan masalah yang dialami siswa

3.               Fasilitas Sekolah Yang Memadai
Keberadaan fasilitas sekolah juga berpengaruh dalam kesehatan di lingkungan sekolah. Guru BK segera menyarankan kepada pengurus sekolah untuk memperbaiki fasilitas yang ada apabila fasilitas-fasilitas yang ada di dalam sekolah kurang terpenuhi. Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, juga kesehatan warga sekolah. Kondisi dari komponen lingkungan sekolah tertentu dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. Untuk itu, guru BK perlu menyarankan :
a.   Kondisi atap dan talang : Atap dan talang yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan tikus. Kondisi ini mendukung terjadinya penyebaran dan penularan penyakit demam berdarah dan leptospirosis.
b.   Kondisi dinding : Dinding yang tidak bersih dan berdebu selain mengurangi estetika juga berpotensi merangsang timbulnya gangguan pernafasan seperti asthma atau penyakit saluran pernafasan.
c.   Kondisi lantai : Dinding yang tidak rata, licin dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, sedangkan lantai yang kotor dapat mengurangi kenyamanan dan estetika.
d.   Pencahayaan :Pencahayaan alami di ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan mendukung berkembang biaknya organisme seperti bakteri dan jamur. Kondisi ini berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. Selain itu pencahayaan yang kurang menyebabkan ruang menjadi gelap sehingga disenangi oleh nyamuk untuk beristirahat (rasting habit).
e.   Ventilasi : Ventilasi di ruangan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan menyebabkan proses pertukaran udara tidak lancar, sehingga menjadi pengap dan lembab, Kondisi ini mengakibatkan berkembang biaknya bakteri, virus dan jamur yang berpotensi menimbulkan gangguan penyakit seperti TBC, ISPA, cacar dan lainnya.
f.   Ketersediaan tempat cuci tangan : Tangan yang kotor berpotensi menularkan penyakit. Ketersedianya tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun bertujuan untuk menjaga diri dan melatih kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebelum makan atau sesudah buang air.
g.   Kebisingan : Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, bisa berasal dari luar sekolah maupun dari dalam lingkungan sekolah itu sendiri, suara bising dapat menimbulkan gangguan komunikasi sehingga mengurangi konsentrasi belajar dan dapat menimbulkan stress.
h. Air bersih : Ketersediaan air bersih baik secara kualitas maupun kuantitas muklak diperlukan untuk menjaga hygiene dan sanitasi perorangan maupun lingkungan. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain diare, kholera, hepatitis, penyakit kulit, mata dan lainnya. Idealnya ketersediaan air adalah 15 liter/orang/hari.


i. Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir). Kamar mandi : Bak penampungan air dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, demikian juga kamar mandi yang pencahayaannya kurang memenuhi syarat kesehatan akan menjadi tempat bersarang dan beristirahatnya nyamuk.
j. Pengelolaan sampah : Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, tikus, kecoak. Selain itu dapat juga menyebabkan pencemaran tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika
k. Kantin/warung sekolah  : Kantin/warung sekolah sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuk tempat memenuhi kebutuhan makanan jajanan pada saat istirahat. Makanan jajanan yang disajikan tersebut harus memenuhi syarat kesehatan, karena pengelolaan makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan penyakit bawaan makanan dan berpengaruh terhadap kesehatan sehingga akan mempengaruhi proses belajar mengajar.
l. Kondisi halaman sekolah : Halaman sekolah pada musim kemarau akan berdebu, sehingga menyebabkan penyakit ISPA dan pada musim hujan akan menimbulkan becek sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan. Halaman sekolah yang kotor dapat mengganggu estetika dan menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit.
m. kondisi UKS : UKS sangat penting untuk menampung dan menyediakan obat dengan segera bagi siswa yang sedang sakit, atau sedang istirahat. Sekolah yang tidak memiliki UKS akan kesulitan apabila ada siswanya yang sedang sakit atau membutuhkan pertolongan mendadak. Selain itu di dalam UKS, kondisi ruangan diharapkan bersih, nyaman, sejuk, dan steril dari berbagai kondisi yang dapat memunculkan berbagai macam penyakit.
n. Perilaku
Kebiasaan yang dilakukan sehari hari dapat mempengaruhi terjadinya penularan dan penyebaran penyakit. Sekolah merupakan tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat, untuk menurunkan resiko terkena penyakit tertentu. Beberapa perilaku hidup bersih dan sehat itu antara lain : tidak merokok, buang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan diri, cuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan lingkungan dan lainnya.
Begitulah peran guru BK dalam meciptakan kesehatan di lingkungan sekolah. Jadi, antara pelayanan kesehatan mental, pengentasan masalah, dan fasilitas sekolah harus berjalan dengan seimbang, karena apabila salah satu saja komponen tersebut tidak terlaksana dengan baik, akan dapat mengganggu “kesehatan” sekolah itu sendiri, diantaranya : kenyamanan dan keharmonisan sekolah, kesehatan mental dan fisik peserta didik, serta hubungan baik antara siswa, guru, dan sesama siswa lainnya. Pelayanan tersebut juga harus meningkat dan efisien. Karena dengan peranan yang efisien, akan tercipta kondisi sekolah yang tertib, tentram, aman, damai, dan berkualitas. Karena dengan kondisi sekolah yang seperti itu, sekolah bisa dikatakan “sehat”, baik sehat fisik, mental, maupun sosial, dan tentunya kinerja sekolah bisa semakin meningkat, dan tentunya juga seorang konselor telah berhasil meciptakan kesehatan sekolah itu sendiri.

CREATED BY : JOEL DEVARA
(DEDEN FAWZI A. R. A.)