Pada dasarnya
bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan untuk menunjukan perkembangan
manusia secara optimal baik secara kelompok maupun idividu sesuia dengan
hakekat kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan,
kelemhan serta permaslahanya.
Adapun dalam
dunia pendidikan, bimbingan dan konseling juga sangat dipelukan karena dengan
adanya bimbingan dan konseling dapat mengantarkan peserta didik pada pencapai
standar dan kemampuan profesi dan akademis, serta perkembangan dini yang sehat
dan produktif, dan didalam bimbingan dan konseling selain ada pelayanan juga
ada fungsi.
Kurangnya
pemahaman dan pengetahuan tentang fungsi bimbingan dan konseling dalam proses
pemberian bimbingan kepada orang lain dapat menyebabkan lemahnya daya hantar
pengetahuan serta cara-cara yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si
klien. Bagaimanapun fungsi bimbingan konseling bagi seorang konselor sangatlah
penting dalam hal pemberian bantuan kepada si klien tersebut.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling
khususnya di sekolah dan madrasah memiliki beberapa fungsi yaitu:
1.
Fungsi Pemahaman
Fungsi Pemahaman yaitu fungsi
bimbingan dan konseling membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya
(potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, klien
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
a.
Pemahan tentang klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya
pemberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau pihk-pihak lain
dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka mereka perlu terlebih
dahulu memahami individu yang akan dibantu itu. Pemahaman tersebut tidak hanya sekedar
mengenal diri klien, melainkan lebih jauh lagi yaitu pemahamn yag menyangkut
latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya serta kondisi
lingkungannya.
Pemahaman tentang klien secara komprehensif yang mencakup
aspek-aspek diatas, apabila dijabarkan meliputi: (1) identitas individu, (2)
latar belakang pendidikan, (3) status social ekonomi orang tua, (4) kemampuan
yang mencakup inteligensi, (5) kesehatan, (6) kecenderungan sikap dan
kebiasaan, (7) cita-cita pendidikan dan kerja, (8) keadaan lingkungan tempat
tinggal, (9) kedudukan dan prestasi yang pernah dicapainya, (10)
kegiatan-kegiatan social kemasyarakatan, dan lain-lain.
Pemahaman tentang diri klien juga perlu bagi pihak-pihak
lain, khususnya konselor. Pemahaman konselor terhadap klien dipergunakan oleh
konselor baik untuk secara langsung membantu klien dalam pelayanan bimbingan
dan konseling lebih lanjut, maupun sebagai bahan acuan utama dalam rangka
kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam membantu klien (terutama orangtua dan
guru unttk para siswa di sekolah). Bagi konselor, upaya mewujudkan fungsi
pemahaman merupakan tugas paling awal dalam setiap kali penyelenggaraan
bimbingan dan konseling terhadap individu tertentu.
b. Pemahaman
tentang masalah klien
Dalam upaya membantu memecahkan masalah klien, maka
pemahaman tentang masalah klien oleh konselor merupakan suatu keniscayaan.
Tanpa pemahaman terhadap masalah klien, tidak mungkin pemecahan terhadap
masalah yang dialami klien dapat dilakukan. Pemahaman terhadap masalah klien itu
terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya,
sebab-sebabnya, dan kemungkinan berkembangnya.
Selain konselor, pihak-pihak lain yang amat berkepentingan
dengan pemahaman masalah klien adalah klien itu sendiri, orang tua dan guru.
Klien amat perlu memahami masalah yang dialaminya, sebab dengan memahami
masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya yang akan ditempuhnya untuk
mengatasi masalahnya itu.
c.
Pemahaman tentang lingkungan lain
Lingkungan bisa dikonsepsikan segala sesuatu yang ada
disekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu seperti keadaan
rumah tempat tinggal, sosiol ekonomi dan sosio emosional keluarga, keadaan
hubungan antar teman, tetangga dan lain-lain. Bagi siswa di sekolah, melalui
fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan agar mereka memahami
lingkungannya secara baik. Lingkungan sekolah yang perlu dipahami secara baik
oleh setiap siswa meliputi lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggung jawab
siswa, aturan-aturan, disiplin, pembelajaran dan lain-lain.
2.
Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan adalah fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseling. Berdasarkan
fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling harus tetap diberikan kepada
setiap siswa sebagai usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.
Beberapa kegiatan atau layanan yang
dapat diwujudkan untuk mencegah terhadap timbulnya masalah adalah:
a.
Layanan Orientasi
Program ini diberikan kepada siswa baru agar mereka mengenal
lingkungan sekolahnya yang baru secara lebih baik sehingga mereka terhindar
dari berbagai masalah selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b. Layanan
Pengumpulan Data
Melalui data-data yang dikumpulkan bisa diperoleh secara
awal tentang siswa sehingga bisa menjadi antisipasi terhadap munculnya berbagai
persoalan pada siswa.
c.
Layanan Kegiatan Kelompok
Melalui program ini diharapkan siswa memperoleh pemahaman
diri secara lebih baik. Selain itu juga meningkatkan pemahaman lingkungan dan
kemampuan mengambil keputusan secara tepat.
d. Layanan
Bimbingan Karier
Melalui program ini diharapkan siswa memperoleh pemahaman
diri dan lingkungan secara baik dan mengembangkannya ke arah pencapaian karier
yang sesuai bakat, minat dan cita-cita.
3.
Fungsi Pengentasan
Fungsi pengentasan, yaitu fungsi
bimbingan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya
berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Fungsi pengentasan
hendaknya tetap dilakukan dengan memberdayakan seluruh kemampuan siswa dan/atau
pihak-pihak yang dekat dengan siswa, sehingga keputusan yang diambil merupakan
keputusan siswa dan/atau pihak-pihak yang dekat dengan siswa, dan bukan
keputusan guru yang dipaksakan pada siswa. Untuk mendukung itu, keterampilan
guru, terutama yang terkait dengan fungsi pengentasan, baik melalui kegiatan
konseling perorangan maupun kelompok perlu terus ditingkatkan. Beberapa
keterampilan dasar yang seyogyanya dimiliki misalnya, keterampilan bersikap (attending), dan keterampilan memberikan
bantuan (helping). Hal ini dilandasi
oleh pertimbangan, bahwa cara guru duduk, menggerakan anggota badan, atau
menampilkan rona muka yang menyenangkan, seringkapi dapat mengurangi kecemasan
dan ketegangan klien, sekalipun pembahasan terhadap masalahnya sendiri belum
dilakukan. Apalagi jika diikuti dengan keterampilan lainnya, seperti
keterampilan memberikan bantuan.
a.
Langkah-langkah Pengentasan Masalah
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara
perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita
oleh individu-individu yang berbeda tidak boleh disamaratakan. Dengan demikian,
penanganannya pun harus secara unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing
asalah itu. Untuk itu konselor perlu memiliki ketersediaan berbagai bahan dan
keterampilan untuk menangani berbagai masalah yang beragam itu.
b. Pengentasan
Masalah Berdasarkan Diagnosis
Pada umumnya diagnosis dikenal sebagai istilah medis yang
berarti proses penentuan jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya. .
Sejak tahun 40-an Bordin memakai konsep diagnostic yang mirip dengan pengertian
medis itu dalam pelayanan bimbingan dan konseling (dalam Hansen, Stevic dan
Warner, 1997). Pengertian diagnostic yang dipakai oleh Bordin itu lebih lanjut
dikenal sebagai “Diagnostik Pengklasifikasian”. Dalam upaya diagnostic itu
masalah-masalah diklasifikasi dilihat sebab-sebabnya, dan ditentukan cara
pengentasannya.
Perkembangan lebih lanjut menggaris bawahi bahwa model
diagnosis yang diterima dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah model
diagnosis pemahaman, yaitu yang mengupayakan
pemahaman masalah klien, yaitu pemahaman terhadap seluk beluk masalah
klien, termasuk di dalamnya perkembangan dan sebab-sebab timbulnya masalah.
Sebagai rambu-rambu yang dapat dipergunakan untuk terselenggaranya diagnosis
pemahaman itu, disini dicatatkan tiga dimensi diagnosis, yaitu :
1. Diagnosis mental atau psikologis
2. Diagnosis sosio-emosional
3. Diagnosis instrumental
Diagnosis
mental atau psikologis mengarah kepada pemahaman tentang kondisi mental atau
psikologis klien, seperti kemampuan dasarnya, bakat dan kecenderungan
minat-minatnya, keinginan dan harapannya, temperamen dan kematangan
emosionalnya, sikap dan kebiasaannya. Diagnosis sosio-emosional mengacu pada
huungan social klien dengan orang-orang yang amat besar pengaruhnya terhadap
klien, seperti orang tua, guru, teman sebaya( bagi siswa), suami-istri, mertua
( bagi pasangan suami-istri), pejabat yang menjadi atasan langsung ( bagi karyawan),serta
suasana hubungan antara klien dengan orang-orang “penting” itu, dan dengan
lingkungan social pada umumnya. Sedangkan diagnosis instrumental berkenaan
dengan kondisi atau prasyarat yang diperlukan terlebih dahulu sebelum individu
mampu melakukan atau mencapai sesuatu. Diagnosis instrumental ini meliputi
aspek-aspek fisik klien (seperti kesehatan), fisik limgkungan (seperti keadaan
sandang, pangan, papan), sarana kegiatan (seperti buku-buku pelajaran bagi
siswa, alat-alat kantor bagi karyawan), prasyarat kemampuan untuk belajar lebih
lanjut, dan pemahaman situasi. Penjelajahan aspek-aspek tersebut, khususnya
yang relevan dengan permasalahn klien, dalam dialog teraputik sebagaiman
diutarakan diatas, akan memberikan pemahaman yang luas dan mendalam tentang.
Seluk beluk masalah klien yang mengarah pada identifikasi sebab-sebab timbulnya
masalah dan upaya pengentasannya.
c.
Pengentasan Masalah Berdasarkan Teori Konseling
Sejumlah ahli telah mengantarkan berbagai teori konseling,
antara lain ego-counceling yang didasarkan pada tahap perkembangan psikososial
menurut Ericksen, pendekatan transactional analysis dengan tokohnya Eric Berne,
pendekatan konseling berdasarkan self-theory dengan tokohnya Carl Rogers,
Gestalt Counseling dengan tokohnya Frita Perl, pendekatan konseling yang
bersifat behavioristik yang didasarkan pada pemikiran tentang tingkah laku oleh
B. F. Skinner, pendekatan rasional dalam konseling dalam bentuk Reality Therapy
dengan tokohnya William Glasser dan Rational Emotive Therapy dengan tokohnya
Albert Ellis.
Masing-masing
teori konseling itu dilengkapi dengan teori tentang kepribadian individu,
perkembangna tingkah laku individu yang dianggap sebagai masalah tujuan
konseling, serta teknik khusus konseling. Tujuan-tujuan teori tersebut tidak
lain adalah mengentaskan masalah yang diderita oleh klien dengan cara yang
paling tepat, cermat dan cepat.
4.
Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan
terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam
rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan dalam pelaksanaannya tidak akan secara efektif
dilaksanakan jika guru memahami betul peserta didik yang dibimbingnya, sehingga
berbagai jenis layanan yang diberikan untuk terpelihara dan trkembangkan
potensi para siswa sesuai dengan kebutuhan dan keadaan siswa itu sendiri.
Dalam pelayanan bimbingan konseling
fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilakasanakan melalui berbagai pengaturan
kegiatan dan program. Tugas-tugas dan kegiatan dan pemeliharaan dan
pengembangan, apalagi pemeliharan dan pengembangan individu manusia yang
segenap aspek dan sangkut pautnya sangat bervariasi dan kompleks, tidak dapat
berdiri sendiri. Demikianlah, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam
bimbingan dan konseling tidaklah mungkin berdiri sendiri.
5.
Fungsi Advokasi
Layanan bimbingan dan konseling,
melalui fungsi ini adalah membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak
dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.
6.
Fungsi Penyesuaian
Melalui fungsi ini, pelayanan
bimbingan dan konseling membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya.
Dengan perkataan lain, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa memperoleh penyesuaian diri secara baik dengan lingkungannya.
Fungsi penyesuaian mempunyai dua
arah. Pertama, bantuan keada siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan sekolah. Guna mewujudkan fungsi ini, perlu disusun program bimbingan
dan konseling untuk membantu para siswa agar mereka dapat menyesuaikan diri
secara baik di lingkungan sekolah. Kedua, bantuan dalam mengembangkan program pendidikan
yang sesuai dengan keadaan masing-masing siswa. Dalam arah kedua ini,
lingkungan yang disesuaikan dengan keadaan siswa.
Dalam konteks ini, pelayanan
bimbingan dan konseling berfungsi membantu mengenali keadaan pribadi
masing-masing siswa dan selanjutnya membantu mengembangkan berbagai
program pendidikan yang disesuaikan
dengan keadaan pribadi masing-masing siswa.
7.
Fungsi Perbaikan
Tiap-tiap individu atau siswa
memiliki masalah. Bisa dipastikan bahwa tidak ada individu apalagi siswa
disekolah dan madrasah yang tidak memiliki masalah. Akan tetapi, kompleksitas
masalah yang dihadapi oleh individu (siswa) jelas berbeda. Meskipun pelayanan
bimbingan dan konseling melalui fungsi pencegahan, penyaluran, dan penyesuaian
telah di berikan, tetapi masih mungkin individu(siswa) memiliki
masaklah-masalah tertentu, sehingga fungsi perbaikan di perlukan. Melalui
fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang diberikan tergantung
kepada masalah yang dihadapi siswa. Dengan perkataan lain, program bimbingan
dan konseling dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi pada siswa tersebut.
Berbeda dengan fungsi pencegahan,
dalam fungsi ini siswa yang memiliki masalah yang mendapat prioritas untuk
diberikan bantuan, sehingga diharapkan masalah yang dialami siswa tidak terjadi
lagi pada masa yang akan datang.
sumber : http://seeayunda.blogspot.com/2013/04/fungsi-bimbingan-dan-konseling.html
CREATED BY : JOEL DEVARA
(DEDEN FAWZI A. R. A.)